Wednesday 10 April 2019

Gaji Rp10 Juta Sebulan, Endang Siswati Curhat Menderita Batin 17 Tahun Jadi TKI

TKI Kendal Endang, Siswati

Bekerja di luar negeri sebagai tenaga kerja Indonesia (TKI) bukanlah keinginan Endang Siswati. TKI Kendal Jawa Tengah ini terpaksa menjadi ‘pahlawan devisa’ karena faktor ekonomi.
Endang ingin mengubah ekonomi keluarga. Ia tak mau kebiasaan gali lubang tutup lubang berlanjut dalam keluarganya. Ya, Endang seringkali meminjam uang hanya untuk memenuhi kebutuhan dapur.
Akhirnya Endang memutuskan untuk menjadi TKI. Awalnya, Endang bekerja di Arab Saudi, kemudian berlanjut ke Hong Kong.
Endang telah bekerja sebagai TKI selama 17 tahun. Di tempatnya sekarang, Endang menjaga seorang kakek di Hong Kong.
Kerjanya cukup santai. Setiap hari hanya menyapu dan mengepel. Pekerjaan itu selesai dalam waktu 1-3 jam saja. Setelah itu, Endang bebas berselancar di dunia maya, membuat vlog, hingga berkaraoke melalui aplikasi Smule.
Ia juga bebas pergi ke tempat wisata, bertemu dengan teman-temannya sesama TKI asal Indonesia.
Dan yang paling penting, gajinya cukup tinggi, sekitar Rp10 juta perbulan. Setiap gajian, sang majikan selalu melebihkan hingga 100-500 dollar Hong Kong.
Nikah Muda
Endang Siswati lahir di Kendal Jawa Tengah pada 7 Maret 1982. Anak keempat dari lima bersaudara ini menikah muda. Ia berumah tangga setelah tamat MTs di Karangmalang Wetan, Kecamatan Kangkung, Kendal.
“Setelah lulus MTs, saya gak nerusin sekolah karena gak ada biaya. Setahun kemudian, saya dipertemukan dengan calon suami saya yang waktu itu datang main di desa saya. Tanpa pacaran dan persiapan mental, saya langsung setujui untuk menikah,” kata Endang kepada Pojoksatu.id, Rabu (10/4).
Setelah menikah, Endang ikut suaminya yang tinggal tak jauh dari rumah orang tuanya, tepatnya di Desa Korowelang Anyar, Kecamatan Cepiring, Kendal.
Setahun menikah, Endang dikarunia anak laki-laki yang dia beri nama Aditiya Teguh Pradansyah. Buah hatinya itu lahir pada 19 Juni 2000.
Tinggalkan Bayi 6 Bulan
Setelah anaknya berumur 6 bulan, Endang mulai galau. Ia merasa tidak enak tinggal menumpang terus di rumah mertua.
Ia ingin tinggal mandiri bersama keluarga kecilnya, terpisah dari mertua. Namun pendapatan suaminya yang hanya bekerja sebagai nelayan tidak memungkinkan untuk berpisah dari mertua.
“Pendapatan suami sebagai nelayan sangat pas-pasan, hanya cukup buat makan. Bahkan kadang gali lubang tutup lubang,” curhat Endang.
Endang akhrinya membuat keputusan yang sangat sulit. Ia rela meninggalkan anaknya yang baru berusia 6 bulan. Ia mengadu nasib ke negeri orang demi keluarga.
“Sedih banget saat itu. Saya bingung, akhirnya saya terpaksa pilih pergi kerja ke Arab Saudi. Berangkat tahun 2001 saat anak saya baru berusia 6 bulan,” kata Endang.
Endang menjadi TKW di Arab Saudi selama 2 tahun, sesuai kontrak kerjanya. Setelah itu, Endang pulang kampung membawa hasil jerih payahnya.
“Saya pulang ke Indonesia tahun 2003, jumpa anakku yang sudah berumur 2,5 tahun. Terharu campur aduk karena selama di Arab, saya tidak bisa komunikasi karena memang di Arab dulu gak diperbolehkan punya HP. Kalo kangen keluarga, hanya nulis surat,” beber Endang.
Hasil kerja Endang di Arab Saudi digunakan untuk beli tanah di desa suaminya dan buat pondasi rumah serta ragangan rumah limasan.
“Setelah uang habis, saya mulai bingung lagi karena suami kerja hanya buat makan, lalu untuk sekolah anak, bikin rumah uang dari mana? Sedangkan suami hanya mengandalkan hasil dari laut sebagai nelayan,” katanya.
TKW Hong Kong
TKI cantik, TKI Hong Kong, Endang Siswati, TKI Kendal
Setelah 6 bulan tinggal di rumah, Endang kembali memutuskan untuk mengadu nasib di neger orang. Ia berangkat melalui agen TKI, PT Damas Semarang.
“Sebenarnya saya gak tega berangkat kerja lagi dan ninggalin keluarga, tapi mau gimana lagi, gak ada pilihan lain,” tambah Endang.
“Saya bertekad dalam hati, anakku harus punya tempat tinggl sendri biar tidak numpang di rumah mertua lagi. Anakku harus sekolah tinggi. Itulah harapanku, makanya saya nekat kerja lagi,” kata TKI cantik ini.
Tanggal 8 Desember 2004, Endang terbang ke Hong Kong. Awal bekerja, Endang tidak terima gaji full karena potongan selama 5 bulan.
Saat itu gaji Endang hanya $1800 atau sekitar 3,2 juta. Namun setiap bulan, sang majikan selalu melebihkan gajinya hingga $300 (Rp541 ribu).
Kala itu, Endang bekerja sebagai asisten rumah tangga. Dia bekerja di rumah janda muda yang masih memiliki nenek. Di tempat itu, Endang bekerja selama 4 tahun.
“Nah selama kerja 4 tahun itu, gaji saya kumpulin, kukirim semua untuk bikin rumah. Alhamdulillah rumah sudah jadi 70 persen. Saya langsung cuti dan pulang karena mau khitanin anakku yang waktu itu berumur 12 tahun,” imbuh Endang.
Endang mengambil cuti selama dua minggu, kemudian balik lagi ke Hong Kong untuk melanjutkan pekerjaannya.
Bangun Rumah dan Beli Motor
Endang Siswati
Setelah kontrak kerjanya berakhir di rumah janda muda, Endang lanjut bekerja di rumah lansia. Ia menjaga pasangan kakek nenek selama dua tahun.
“Hasil kerja saya selama dua tahun itu saya gunakan untuk melanjutkan pembangunan rumah dan nyekolahin anak di SMK Bina Utama Kendal,” tambah TKI Kendal ini.
Ia juga membeli dua unit sepeda motor untuk suami dan anaknya. Sebab, sekolah anaknya lumayan jauh dari rumah.
“Saya beli dua motor supaya suami dan anak tidak rebutan,” kata Endang.
Setelah kontrak kerjanya selesai, Endang pindah majikan lagi. Kali ini, dia menjaga tiga anak majikan.
“Setelah kontrak kerja berakhir, saya pindah majikan lagi ke majikan baru yang kujalani sekarang,” katanya.
Di tempat ini, Endang menjaga seorang kakek dan nenek. Dua tahun kemudian, si nenek meninggal. Sekarang tinggal menjaga kakek.
“Kerjaku di sini enak, alhamdulillah santai banget. Cuma pagi doang nyapu dan ngepel. Setelah itu free sampai jam 17:30. Sore baru masak untuk makan malam. Kalau pagi dan siang gak masak, beli di luar, restaurant,” bebernya.
“Sekarang saya ikut kakek sudah 7 tahun. Agustus 2018 kemarin saya cuti sebulan karena putraku lulus SMK,” katanya.
Menderita Batin
Meski pekerjaannya sekarang terbilang santai dan gajinya relatif cukup tinggi, Endang mengaku tetap merasakan penderitaan batin karena jauh dari keluarga.
“Saya tersiksa lahir batin, ingin berteriak tapi gak mampu. Hanya kerja kerja kerja yang kutahu di sini. Aku terpisah dari anakku. Ibuku meninggal gak bisa nemui,” pungkasnya.
Sampai kapan Endang menjadi TKI? “Mudah-mudahan tahun depan bisa pulang kampung Mas. Saya ingin menghabiskan sisa hidup saya dengan keluarga,” tutup Endang.

No comments:

Post a Comment

SPONSOR