Imam Besar Masjid Istiqlal Nasaruddin Umar mengatakan bahwa kearifan lokal merupakan salah satu senjata di tengah masyarakat yang bisa menangkal menyebarnyaradikalisme agama di Indonesia.
Nasaruddin, yang berbicara dalam peresmian Nasaruddin Umar Office (NUO) di Jakarta, Sabtu (26/1/2019) menjelaskan bahwa kearifan lokal menjadi daya perekat, kontrol, dan modal menangkal radikalisme.
"Banyak hal bisa menangkal, tapi justru kearifan lokal sangat penting. Tapi masalahnya pengetahuan tentang kearifan lokal ini dalam fase kritis. Anak-anak milenial, karena mungkin sangat plural, sudah tidak paham," beber dia seperti dilansir Antara.
Selain kembali memperkuat kearifan lokal, Nasaruddin menganjurkan agar khatib dan imam masjid dididik secara profesinaol, sehingga bisa menjadi palang pintu mencegah masuknya radikalisme di masjid-masjid.
Fokus selanjutnya, imbuh dia, adalah memberdayakan situs Islam moderat untuk menangkal situs-situs Islam radikal, mengingat 80 persen situs ternyata dikuasai oleh kelompok radikal.
Selain itu, melalui NUO Nasaruddin juga akan menjaring kalangan menengah ke atas yang sebagian besar merupakan pemilik perusahaan yang membawahi banyak karyawan, untuk turut dalam kajian-kajian mereka.
"Dampaknya akan terasa, karena akan ditularkan kepada pekerjanya", kata Nasaruddin.
Menurut dia, kelompok menengah ke atas merindukan sebuah program dengan metode pembelajaran agama yang dipercaya dapat diterima.
"Mereka ingin belajar agama tapi tidak mau digurui, karenanya harus dialogis," jelas Nasaruddin.
NUO mewadahi lembaga-lembaga yang bertujuan menciptakan masyarakat sipil yang damai, toleran, dan berkeadaban. Beberapa di antaranya The Nusa Institute, Balqis Foundation, dan Pondok Pesantren Al-Ikhlas.
No comments:
Post a Comment