Friday 22 March 2019

(REVIEW) Captain Marvel (2019)



Film Captain Marvel siap mengguncang bioskop mulai 6 Maret 2019. Menjadi film superhero cewek pertama Marvel, film yang disutradarai oleh Anna Boden dan Ryan Fleck ini seakan menjadi penyambung beberapa kejadian di MCU. Sang superhero juga akan kembali di filmAvengers: Endgame.
Menceritakan Carol Danvers (Brie Larson) yang memiliki kekuatan super karena kecelakaan hebat. Takdir pun mengubahnya menjadi senjata Bangsa Kree yang mematikan. Takdir itu pula yang mempertemukan dirinya dengan Nick Fury, hingga mengetahui asal-usulnya di Bumi.
Karena kekuatannya yang hampir enggak terbatas, ada bahaya yang sebenarnya mengintai dirinya. Kekuatannya pun seakan jadi harapan para superhero lain, Avengers, di masa depan. Lalu, apa yang membawa Carol kembali ke Bumi dan kemana selama ini Captain Marvel berada?

Plot Percaya Diri, Meski Kurang Memorable

Harus diakui, pengenalan Carol Danvers di film berdurasi 128 menit ini memiliki premis dasar soal Bumi yang kehadiran makhluk dari wilayah galaksi nun jauh. Film ini seakan membawa gema Thor atau Superman. Menariknya, kisahnya bisa tampil percaya diri ketika banyak orang yang kurang mengetahuinya.
Film yang berdasarkan komik karya Kelly Sue DeConnick ini membombardir kisahnya pada 30 menit terakhir, meski punya sekuens aksi yang kurang menarik. Yap, selebihnya drama serius dengan komedi yang enggak sebanyak film Marvel lainnya. Untungnya, kekuatan cerita yang ditampilkan masih konsisten, meski kurang memorable.
Uniknya, sang sutradara enggak harus menceritakan keseluruhan tentang Carol Danvers di masa kecil. Banyak adegan flashback yang justru jadi benang antaradegan di MCU.
Sayangnya, kekuatan cerita yang kurang memorable ini seakan ‘memaksa’ penggemar untuk nonton filmnya. Cerdasnya, Marvel ngasih bridging yang bagus untuk film Avengers: Endgame.
Terlepas dari kekurangan dan isu SJW-nya, film ini selayaknya tayangan superhero Marvel yang masih membumi. Film Captain Marvel juga memiliki potensi untuk masa depan MCU, jikalau lebih kuat dalam pengembangan karakternya.

Kalau Bukan Brie Larson, Rasanya Enggak Ada

Kehadiran Brie Larson di MCU seakan bakal ‘membelenggu’ sang aktris dalam karakter Carol Danvers. Wajah tegas dan magnetiknya bisa bikin penonton salah fokus, impresinya mirip Gal Gadot pas jadi Wonder Woman. Hal yang enggak bisa enggak kalian perhatikan, terlepas dari keterampilan dan keberaniannya adalah perasaan yang dia bawa ke pertarungan.
Ketika imej cewek tegas itu udah terpatri, adegan Carol ngelucu jadi terasa cringe. Untungnya, hal itu enggak dilakukan berulang-ulang. Sebagai gantinya, lawakan untuk mencairkan suasana pun dilontarkan pemain lainnya. Oh ya, kucing milik Carol yang bernama Goose akan jadi scene-stealer yang bikin kalian tersentak, lho.
Dilengkapi kehadiran Nick Fury dan Phil Coulson muda, penonton bisa sedikit bernostalgia soal chemistry mereka. Di film Captain Marvel, kalian enggak bakal lihat Nick Fury yang tegas dan enggak kenal ampun. Malah, Samuel L. Jackson tampil bisa mencairkan suasana, mirip karakternya sebagai Darius Kincaid di The Hitman's Bodyguard (2017)
Dibintangi Ben Mendelsohn sebagai Talos, Jude Law sebagai Yon-Rogg, Annette Bening sebagai Supreme Intellegence, Lashana Lynch sebagai Maria Rambeau, dan Gemma Chan sebagai Minn-Erva. Lalu, kembali lagi Djimon Hounsou sebagai Korath dan Lee Pace sebagai Ronan.
Melalui karakter mereka, lagi-lagi Marvel enggak selalu menempatkan antagonis itu jahat dan protagonis itu baik. Marvel membuka mata kita lagi soal kepercayaan lewat para karakter di film ini.

Gaya Retro yang Eye-Catching

Enggak hanya lewat gaya rambut Carol Danvers, busana, dan tempat-tempat dalam latar film punya suasana retro. Nuansa era ’90-an makin menyenangkan dari musik-musik yang diperdengarkan. Beberapa adegan mirip treatment film Guardians of the Galaxy. Tepatnya ketika sang jagoan beraksi, ada musik jadul yang mengiringi.
Efek visual Marvel enggak perlu ditanyakan lagi. Elemen ini jadi salah satu kelebihan film kolaborasi Marvel Studios dan Disney tersebut. Buktinya, kalian bisa lihat di credit yang nampilin segitu banyak nama-nama di balik bagusnya visual film ini. Sentuhan fiksi ilmiahnya pun menambah kekayaan film ini.

Tontonlah Tanpa Ekspektasi Tinggi

Sesuai dengan hype-nya, film Captain Marvel memang enggak sebesar film Avengers: Infinity War (2018). Makanya, sebelum kalian nonton pun enggak perlu menaruh ekspektasi tinggi. Tontonlah selayaknya film baru, di mana kalian belum pernah tahu tentang tokoh dan kisahnya.
Intro di awal film juga jadi nilai lebih. Ada kumpulan adegan cameo Stan Lee yang mengharukan dan membentuk logo Marvel. Seperti yang dikatakan sebelumnya, film ini memiliki cerita yang hebat, tapi eksekusinya yang kurang. Beberapa poin dilakukan dengan cepat dan kurang emosional.

Banyak kejutan dalam kisahnya, terutama pas Carol mendapatkan kekuatannya. Meski kurang menyenangkan, film ini udah tampil baik sebagai film superhero cewek Marvel pertama dan penyampai pesan tentang women empowerment.
Diharapkan, film Captain Marvel jadi gerbang pembuka film solo superhero cewek lainnya. Oh ya, ada dua adegan post-credit yang bisa kalian saksikan. Enggak rugi, kok, menunggunya hingga selesai, karena bakal nyambung dengan film Avengers: Endgame.
Sambil nunggu, kalian bisa kumpulkan sampah dari cemilan kalian. Film ini ditujukan untuk usia 13 tahun ke atas. Kalian udah tahu, dong, peraturannya?
Jadilah penikmat film yang cerdas, ya. Kalau udah nonton film yang tayang mulai 6 Maret ini,share pendapat kalian di kolom ulasan, ya. Terus pantengin KINCIR untuk informasi seputar film dan game lainnya.

No comments:

Post a Comment

SPONSOR