Sunday 27 January 2019

Puput Pindah Rumah

ilustrasi

Hallo Swing-Voters yang 'tinggal' 10 persen . . . 
Kali ini bukan khusus untuk sampeyan. Tapi kalau mau baca ya sukur. Biar bisa lihat2 atau baca pikiran yang ber'aroma' lain.
Sebenarnya yang 'aroma'nya lain begini banyak kok. Cuma banyak juga yang agak segan2 omong, apalagi bengak-bengok 
Basuki Tjahaja Purnama yang 'dulu' lebih kita kenal sebagai Ahok. Putra Tionghoa Kristen asli Belitung. Sempat jadi tema 'gonjang-ganjing' politik 2 atau 3 tahun lalu.
Berdua dengan Jokowi, kemudian Jarot, sempat bakukan 'standar' baru blue-print kepala daerah propinsi. Gubernur.
Ketiga-nya, Jokowi-BTP-Jarot, sebelumnya telah sukses jadi standar dalam skala yg lebih kecil, bupati atau walikota.
Selesai sudah masa 'penahanan' dia, nurut yang ndak suka. Tapi masa 'merenung diri dan rehat' nurut para fans-nya. Di'hukum' atas kasus penodaan atau penistaan agama.
Bagi pak Basuki sendiri ? Silakan tanya saja. Tapi bisa kita tahu dan lihat sendiri hasilnya nanti dari kesehariannya . . .
Belum genap seminggu sudah rame lagi . Waktu ada berita BTP mau jadi Mualaf, segera di-puja2. Begitu terkabar narik mBak Puput pindah agama, serta merta dihujat lagi dia.
Dulu 'penista agama' sekarang menjadi sebab 'pe-murtad-an' dari agama (Islam). Akan dituntut dan dipenjara lagi ?
Jangan buru2 ! Bikin video yang di-potong2 dan demo ber-jilid2 saja dulu, seperti biasa. Sistematis . . . 
Tapi bukan saja mBak Puput, dalam kondisi seperti 'sekarang', saya kalau ndak ingat wajah teduh Ibu yang ngajari baca Qur'an tiap sore lepas maghrib, sudah 'mbliyut'.
Kalau ndak sering2 dengar dawuh 'adem' Gus Mus, Abah Quraish, mBah Moen, Habib Lutfi, atau ulama2 lain yg 'adem dan sareh', sudah lama belok kanan-kiri. Bahkan muter balik.
Kalau ndak sering2 baca tulisan Gus Dur, Cak Nur, ngobrol ngalor-ngidul dengan kaum 'Nahdiyyin', juga sudah lama 'kabur kanginan'.
Itu saya lho ! Sampeyan ya terserah. Karena pasti ada yang komen, iman dan cinta saya pada Allah dan Islam kurang, kalau mudah tak 'terarah'. Ya terserah juga 
Allah itu ndak kelihatan, apalagi Islam. Itu 'cuma' sebutan.
Memangnya Ali bin Abi Thalib 'pejantan' kecil, Abu Bakar priyayi santun dan agung, Hadijah si pedagang ningrat nan kaya raya, percaya pada Allah, karena Allah 'njedul' dengan segala kekuasaan dan kekuatan di hadapan mereka ? Mak byar begitu ?
Apakah Islam sudah bentuk mushaf Qur'an, lalu mereka bertiga membaca jadi langsung bisa tenang dan bahagia ? Tiap hari kontan jadi ber-binar2 bercahaya begitu ?
Ndak ! Ke-Tiga pemeluk agama Islam pertama itu percaya Allah dan Islam karena sosok pembawanya. Muhammad SAW, putra Aminah dan Abdullah.
Apa juga karena Ali sepupunya, Abu Bakar tetangga dekatnya, Khadijah istrinya ? Ndak juga !
Tapi karena memang Sang Nabi ini Lelaki Pilihan. Julukannya saja dari awal sebelum 'keNabian' Al-Amin, yang sangat dipercaya.
Ndak pernah bohong. Jujur. Belum lagi terkenal selalu bersikap adil. Dermawan. Sederhana. Cerdas. Santun. Lemah lembut tapi tegas. Nggantheng . . . . 
Jadi apa yang diomongkan ya bisa dipercaya oleh orang2 sekitarnya. Kecuali yang berwatak seperti Abu Jahal . . .
Kalau nggantheng thok tapi suka bikin hoak, suka pukulin orang, mana ada yang mau jadi 'umat'nya. Kecuali Abu Jahal !
Pinter cerdas tapi suka bohongi orang. Lemah lembut cuma pada perempuan karena ada maunya. Mana ada yg mau hormat. Kecuali Abu Jahal !
Dermawan tapi dari duit curian. Santun tapi suka 'gunting dalam lipatan'. Ya pasti ndak ada yang mau 'ikutan'. Kecuali Abu Jahal !
Nah. Sayangnya mBak Puput ini lebih sering dengar dan baca berita ulama2 atau 'fans'-nya, model yang 'beginian'.
Karena 'model yang begitu' memang monopoli pemberitaan. Lebih bikin laku koran, naikkan rating tivi, nambah banyak iklan. Rajin dan tekun ber-sosmed Makanya jangan buru2 kirim kado komen macem2 pada mBak Puput. Jangan2 si mBak 'pindah rumah' karena banyak nyamuk yang bikin dia ndak nyaman. Nyamuk-nya itu 'kita'. Yang 'merasa' Muslim.
Apalagi bagi mBak Puput. Tiap hari yg dilihat, 'diraba', dan diterawang, seseorang yang bagai seekor Singa, dari Belitung. Saking jantan-nya !
Apapun konsekwensi dari perbuatannya di tanggung dengan gagah. Dengan jantan minta maaf pada yang merasa 'ternistakan'. Sidang datang sendiri, ndak pernah kerahkan massa. Dimasukkan penjara ya iya saja. Biar amarah massa reda . . .
Banyak yang bezook tanda masih banyak dicintai orang. Dkurung tak jadi kurus, hitam, 'mbladus', tapi malah jadi cerah, tenang, dan six-pack 
Oleh mBak Puput, mungkin, di-banding2kan dengan Singa yang lain. Singa Gurun, katanya. Yang boleh dikatakan dulu paling santer bersuara agar BTP dikandangkan.
Dipanggil polisi saja, datang kerahkan massa. Mau di sidang, mangkir. Malah 'lari kesana'.
Kan bikin orang ber-buruk sangka. Ada apa ? Toh kalau bener disidang dan terbukti salah lalu di penjara, paling juga ndak lama. Mungkin juga sudah keluar bareng2 BTP kemaren.
Apa karena 'type' kasusnya ? Bikin 'wirang'. Bikin malu kalau di sidang dan jadi banyak 'umat' ngerti siapa dia ? Tingkah polahnya.
Ndak tahu juga. Tapi toh jika benar dituduh demikian pun, masih bisa di-'eyel' juga. Banyak pengacara yang mau bela, masa juga . . .
Akhirnya ya begini. Maksud saya bukan mBak Puput yang pindah agama. Karena Islam ndak jadi redup karena ada yang pindah. Sama juga ndak jadi 'padang njingglang' hanya karena Cat Steven, Mohammad Ali, bahkan Michael Jackson menjadi Islam.
Tapi komen dan ulasan ndak mutu yang sliwar-sliwer ini bikin ndak enak makan. Murtad lah. Masuk neraka lah. Tambah lagi nyasar2 BTP dianggap sang 'promotor'.
Padahal diri sendiri yang bikin orang, mBak Puput, jadi jengah atau mungkin malu jika dianggap bahkan diakui sebagai saudara oleh kaum yang suka teriak paling syar'i dan pegang kunci sorga.
Masuk neraka atau surga itu cuma urusan yang punya, Allah. Dan biar mBak Puput sendiri yang nanti merasa. Benar ndak sih ? Begitu mungkin, kata mBak Puput dalam hatinya.
Yang justru penting, barangkali, sekali lagi barangkali, karena mBak Puput dengar dan baca komen2 'miring', jadi makin berpikir, 'Jangan-jangan saya memang benar ya . . ?" Sambil nglirak-nglirik kita . . . 
Artinya, sudah waktunya kita, umat Muslim Indonesia, 'berkaca'. Bagi yang mau berkaca. Sudah 'pas' kah semua tingkah-laku kita ? Benarkah sudah 'rahmatan lil alamin' seperti yang sering kita gembar-gemborkan . . .
Tapi biasanya ada juga yang tetep ngèyèl. Pokoknya. Pokoknya. Pokoknya ! Terserah 
Lagipula apa ndak sebaiknya, 'kita' bersyukur. Dengan cara 'sombong' bisa, "Kita ndak butuh Muslimah méncla-mênclè, malah bikin kotor". Atau justru dengan tulus, "terimakasih telah diingatkan untuk introspeksi " Terserah.
Atau diam dan netral2 saja. Terserah juga.
Pokoknya 'kembang senthul' saja. Kita ngalor biar mBak Puput ngidul saja. Jangan di-utik2 lagi. Sudah jelas 'aturan mainnya' kok.
Lakum dinukum waliyadin . . .
Bagimu agamamu, bagiku agamaku pula . . .
Sah ! Sah ! Sah ! Mbak Puput, Bripda (purnawirawan  Puput Nastiti Devi, jadi Nyonya Basuki Tjahaja Purnama. Nikahnya nanti di gereja . . . .
Ndak usah ngiri . . . 

No comments:

Post a Comment

SPONSOR