Beberapa tahun terakhir, gelombang film remake di Indonesia makin hari jumlahnya makin banyak. Para sineas Tanah Air memang ngandelin kepopuleran film-film jaman dulu untuk dibuat ulang, dengan harapan respon yang menggembirakan dari para penonton. Memang, sih, beberapa film remake berhasil di pasaran, kayak Warkop DKI Reborn: Jangkrik Boss (2016) atau Pengabdi Setan (2017). Keduanya berhasil menarik perhatian penonton dan diminati.
Akan tetapi, ada beberapa film remake yang kurang berhasil. Film-film tersebut kurang menarik perhatian dan keluar dari ekspektasi penonton. Entah karena memang temanya enggak pas dengan pasar, atau memang kualitas filmnya benar-benar enggak menarik.
Penasaran? Berikut, lima film remake Indonesia yang bisa dibilang kurang berhasil dan gagal populer. Yuk, simak!
1. Hantu Jeruk Purut Reborn (2016)
Film Hantu Jeruk Purut (2006) bisa dibilang jadi salah satu film hantu fenomenal di Indonesia. Memang, film pertamanya juga enggak terlalu mendapat kritik positif, tapi kehadirannya bikin tren perfilman horor Indonesia untuk ngangkat hantu legenda tersebut. Kisahnya tentang arwah pastur berkepala buntung yang gentayangan di Taman Pemakaman Umum Jeruk Purut, Jakarta.
Saking booming-nya, sepuluh tahun kemudian filmnya di-remake. Bisa jadi, tujuan dibikin kembali untuk ngasih nostalgia keseraman hantunya. Alih-alih ngembaliin tren lama, film ini riuhnya justru hilang. Malah banyak yang enggak tahu kalau film ini dibuat lagi. Meski jalan ceritanya udah di modifikasi kekinian, masyarakat yang nonton film ini enggak sampai 50 ribu orang.
2. JomBlo (2017)
Film ini sempet menggebrak di bioskop-bioskop Indonesia pada 2006. Film ini juga menaikkan aktor Ringgo Agus Rahman, Christian Sugiono, Rizky Hanggono, dan Dennis Adhiswara. Saking suksesnya, sutradara Hanung Bramantyo bikin lagi film ini di 2017. Sayangnya, JomBlo (2017) enggak disambut baik oleh publik.
Soalnya, Hanung bikin film ini dengan premis yang berbeda. Apalagi, banyak penonton yang enggak bisa move on dengan film pertamanya. Penggemar juga kurang tertarik karena empat tokoh utamanya benar-benar diganti dan enggak mirip sama sekali. Meski begitu, secara kualitas cerita, film ini enggak mengecewakan banget, kok!
3. Benyamin Biang Kerok (2018)
Film yang digadang-gadang bakal mendapat sambutan yang baik malah antiklimaks. Usaha Falcon dan Hanung Bramantyo dan Reza Rahadian ternyata malah enggak jelas juntrungannya. Kalau di film aslinya, kita enggak hanya disuguhkan komedi yang menggelitik, tapi juga isu sosial yang bikin film ini diminati.
Sayangnya, hal itu enggak dimunculkan dalam film remake-nya. Malah, beberapa komunitas Betawi ngegugat film ini. Lebih sadisnya lagi, enggak sedikit kritikus yang ngasih nilai rendah buat sebuah film remake Indonesia legendaris yang digarap sama orang-orang berpengalaman.
4. Bangun Lagi Dong Lupus (2013)
Karena populer di zamannya, enggak heran kalau film yang dirilis pada 1987 ini dimunculin lagi pada 2013, dengan harapan banyak orang kepincut lagi. Ternyata, istilah “pucuk dicinta ulam pun tiba” enggak bisa diterapin di film ini. Film Bangun Lagi Dong Lupus enggak bisa mengguncang bioskop-bioskop Indonesia.
Soalnya, sosok Lupus di film ini dianggap aneh dengan latar zaman sekarang. Tentunya, untuk membangunkan Lupus, harus disesuaikan dengan sosok imej idola anak muda sekarang. Kalau enggak, bisa dengan ide cerita yang gila. Sayangnya, hal itu enggak ditampilkan dalam film ini. Enggak heran kalau film ini hanya diminati penonton orangtua.
5. Catatan (Harian) si Boy (2011)
Cerita Boy dan temen-temennya memang udah digandrungin remaja di Indonesia. Seolah-olah, tokoh Boy adalah cowok sempurna. Malah, tipe cowok idaman para cewek pada 1987 adalah seperti Boy yang diperankan oleh Onky Alexander. Demi mengulang kesuksesan yang sama, film ini dibuat ulang dan sutradara Putrama Tuta.
Sayangnya, film remake-nya enggak bisa munculin sosok Boy ikonis zaman dulu. Makanya, gaungnya enggak terdengar karena ketenarannya ketutup film-film lain. Padahal, kalau secara cerita, film ini punya plot yang enggak sejelek kritikan penonton. Sayang banget, enggak banyak orang yang nonton akting dari Ario Bayu dan Poppy Sovia ini.
***
Beberapa film di atas, tampaknya bisa jadi pelajaran bahwa enggak selamanya film remakemudah diterima dengan baik sama penonton hari ini. Hukum ikut-ikutan tren, kayaknya harus bisa diminimaisir dan dipilih-pilih. Supaya film-film kita ini punya variasi
No comments:
Post a Comment