Thursday, 1 November 2018

Sejarah Penemuan Teknologi Kotak Hitam Pesawat

Kotak hitam atau black box pesawat Lion Air JT-610 sudah ditemukan di perairan Karawang. Tak seperti namanya, kotak berwarna orange terang ini merekam seluruh pembicaraan yang terjadi antara pilot dan pemandu lalu lintas udara.

Kotak yang selalu dicari ketika terjadi sebuah tragedi kecelakaan pesawat ini pun dapat menginformasikan tekanan udara hingga kondisi cuaca selama penerbangan. Sebagian besar, penyebab kecelakaan pesawat terbang dapat diketahui melalui kotak hitam.

Dibalik peranan pentingnya dalam sebuah penerbangan, tak banyak yang mengetahui siapa penemu dan sejarah hadirnya kotak hitam ini. CNNIndonesia.com merangkum sejarah singkat kotak hitam ini dari berbagai sumber.
Sejarah Penemuan Teknologi Kotak Hitam PesawatFoto: CNN Indonesia/Fajrian
Dilansir dari Thoughtco, penemu black box merupakan laki-laki asal Australia bersama David Warren. Kecelakaan pesawat yang terjadi terhadap ayahnya pada 1934 membuat Warren berkeinginan menciptakan perekam data penerbangan. 


Warren lahir pada 1925 di Groote Eylandt, sebuah pulau di lepas pantai utara Australia. Pada 1950an, Warren bekerja untuk Aeronautical Research Laboratories di Melbourne. 

Sekitar 7 tahun kemudian dia menyelesaikan prototipe pertamanya yang disebut 'Memory Unit'. Sayangnya, penemuan tersebut lebih banyak mengundang kritik dibandingkan pujian. 
Akhirnya, Inggris dan Amerika Serikat yang menanggapi penemuan Warren lebih serius dan memproduksi black box secara massal. Masih berasal dari sumber yang sama, Warren dikabarkan tidak mendapatkan imbalan finansial atas penemuannya.

Penemuan Warren pun baru diakui oleh negaranya pada 2002. Dia akhirnya dianugeraji Orde Australia atas kontribusinya. Warren menutup usia pada 2010 dalam usianya ke 85. Penemuan dia telah menjadi andalan seluruh pesawat di dunia hingga saat ini. Namun, tak diketahui pasti mengapa alat perekam pesawat tersebut berakhir dengan nama kotak hitam. 

Pasalnya, sejak hadirnya prototipe perangkat ini diwarnai jingga terang.


No comments:

Post a Comment

SPONSOR