Monday 24 December 2018

Mahakarya foto klasik Uni Soviet yang memukau mata dunia

Uni Soviet

Tanggal 2 Mei 1945, tiga prajurit dan seorang fotografer dari Tentara Merah memanjat ke atap Reichstag, gedung parlemen Jerman di Berlin, ibukota yang baru saja dibebaskan dari pendudukan Nazi.
Lalu seorang prajurit bergegas naik ke sebuah menara kecil dan mengibarkan kain yang belakangan diketahui sebagai bendera Uni Soviet.
Di belakang prajurit itu, terpahat siluet mengerikan dua patung pahlawan Jerman yang terbuat dari batu, di ujung menara.
Potret itu menjadi foto perang yang klasik dan menjadi pelajaran unik tentang batas abu-abu antara kebenaran dan sejarah.Foto berjudul Bendera Kemenangan karya Yevgeny Khaldei ditampilkan dalam pameran bertajuk Mahakarya Fotografi Soviet di Atlas Gallery, London, Inggris.
Pendiri galeri itu, Ben Burdett, menyebut "potret itu memiliki kisah besar dan nuansa misteri."
"Itu merupakan foto yang direka, tapi untuk tujuan yang baik, karena saat bendera itu pertama kali dikibarkan, tidak ada fotografer yang mengabadikannya."
"Jadi sang fotografer kembali keesokan harinya bersama sejumlah prajurit dan merancang ulang momen itu karena mereka ingin mengabadikan bendera Sovet di atas Reichstag," kata Burdett kepada BBC Culture.
Yevgeny KhaldeiHak atas fotoATLAS GALLERY
Image captionFoto berjudul Banner of Victory karya Yevgeny Khaldei, diciptakan di Berlin, sekitar bulan Mei 1945.
Karena tak ada bendera, para prajurit itu membawa selembar kain yang belakangan disebut dijahit dari tiga serbet oleh paman dari sang fotografer dan diberi lambang palu-arit.
Merujuk laporan New York Times, ayah dan saudari perempuan Khaldei dibunuh pasukan Nazi.
Setelah melihat foto pengibaran bendera di Iwo-Jima yang diabadikan Joe Rosenthal dua bulan sebelumnya, Khaldei meminta pamannya membuat bendera sementara dan membawanya ke Berlin.
Tujuan Khaldei, ia dapat menciptakan potret ikonik versinya sendiri.
"Foto itu menjadi salah satu foto peperangan paling bersejarah," kata Burdett.
Max AlpertHak atas fotoATLAS GALLERY
Image captionFoto karya Max Alpert, berjudul Combat!, diabadikan tahun 1942.
Belakangan, muncul fakta bahwa para prajurit saat itu menjarah barang-barang berharga dari para prajurit Jerman yang tewas. Laki-laki yang berdiri di latar foto mengenakan jam hasil jarahan di pergelangan tangannya.
Setelah itu, otoritas Soviet memutuskan tak ingin menampilkan fakta itu, bahwa para prajurit mereka merampas barang para tentara Jerman.
Potret yang muncul berikutnya pun dipoles. Pada satu versi foto, prajurit Soviet mengenakan tiga jam tangan -- dua di pergelangan tangan dan satu jam di tangan lainnya.
Namun foto yang paling banyak beredar memperlihatkan prajurit itu hanya mengenakan satu jam tangan, ada pula yang bahkan tidak mengenakan jam tangan sama sekali.
Ini persis seperti foto prajurit yang sekarat, karya Robert Capa, tapi versi Soviet. Ini foto perang yang klasik.
Lev BorodulinHak atas fotoATLAS GALLERY
Image captionFoto ini berjudul Pyramid. Diabadikan oleh Lev Borodulin di Moskow pada 1954.

Memotret realitas

Potret itu merepresentasikan ambiguitas yang terangkai pada foto-foto lain dalam pameran itu, yang seluruhnya berasal dari koleksi personal fotografer berusia 95 tahun, Lev Borodulin.
Foto-foto itu secara tegas memproklamasikan Uni Soviet yang kuat -- dan secara terus-menerus memunculkan nuansa itu melalui teknik eksperimental.
"Terkadang foto meninggalkan impresi pertama sebelum foto yang sepenuhnya berbeda diungkap, ketika Anda mengetahui sejarah tentangnya," kata Maya Katznelson, kurator pameran di Atlas Gallery.
"Para fotografer Uni Soviet membuat karya hebat saat mereka menciptakan mitos berlebihan tentang peradaban Soviet."
Yakov KhalipHak atas fotoATLAS GALLERY
Image captionFoto berjudul Torpedo, Kapal Perang Baltik, diciptakan Yakov Khalip tahun 1936.
"Menurut saya aktivitas mereka bisa disebut kepahlawanan. Menciptakan karya foto yang di satu sisi tepat ideologis tepat dan di sisi lain, dalam keterbatasan, mencari ekspresi artistik tertinggi," kata Katznelson.
"Borodulin adalah fotografer era Soviet yang mengabadikan banyak potret terkenal tentang kehidupan negaranya pada periode 1950-an hingga 1970-an, terutama ajang olahraga yang menampilkan hal atletis dan heroik," kata Burdett.
Terdorong oleh yang dideskripsikan Atlas sebagai 'pencarian panjang mengumpulkan dan mengawetkan beragam potret dari masa ketika seni dibatasi untuk agenda sosialis Soviet', Borodulin berhasil mengumpulkan koleksi 70 tahun terakhir yang berisi sekitar 10 ribu foto.
Samary GuraryHak atas fotoATLAS GALLERY
Image captionFotografer Samary Gurary mengabadikan pertemuan Winston Churchill, Franklin Roosevelt and Joseph Stalin di Yalta, Uni Soviet, tahun 1945.
Foto itu mencakup periode Revolusi Soviet hingga dekade 1960-an. Koleksi itu terkumpul dari majalah, arsip, dan agen foto seperti TASS.
"Koleksi ini menyelamatkan banyak foto dari kerusakan, ini adalah satu dari koleksi awal karya fotografi dari Soviet," Katznelson.
Saat mengumpulkan beragam foto dari beberapa era, bagi Katznelson, potret dari Perang Dunia II sangat mengagumkan.
"Pada masa, ketika berada pada batas hidup dan mati, para jurnalis foto itu menciptakan karya terbaik."
"Beberapa foto sengaja dibuat untuk membakar semangat bangsa, sementara foto lainnya disembunyikan sangat lama dan tidak dipublikasikan hingga 10 tahun setelah perang berakhir," kata Katznelson.
Borodulin menemukan arti spesial dalam foto-foto itu. "Bagi saya ini sangat personal," ujar Borodulin dari kediamannya di Tel Aviv.
Semyon FridlyandHak atas fotoATLAS GALLERY
Image captionPotret berjudul Girl from the Volga ini diabadikan fotografer Semyon Fridlyand.
"Banyak sanak anggota keluarga saya terbunuh, bahkan mungkin semuanya. Saya terluka dua kali, saya menjadi bagian dari detasemen yang bertempur dari Moskow hingga Berlin."
"Peperangan mengubah hidup saya dan situasi negara saya. Perang mengubah hidup banyak orang yang saya kenal dan saya ingin masyarakat tidak melupakannya," kata Borodulin.
Ketika Khaldei mengabadikan kejatuhan Berlin dalam fotonya, masih terjadi pertempuran di Reichstag. Menurut Borodulin, Khaldei mempertaruhkan nyawanya untuk foto itu. Dua orang ini belakangan berhubungan erat.
"Khaldei adalah teman dekat saya. Kami menghabiskan banyak waktu bersama untuk mengingat peperangan."
"Dan setiap kali saya datang ke studio kecil tempatnya tinggal, saya melihat foto itu, barangkali lebarnya satu meter. Kami duduk persis di depannya," ucap Borodulin.
Arkady ShaikhetHak atas fotoATLAS GALLERY
Image captionKarya fotografer Arkady Shaikhet, berjudul Komsomol Member at the Wheel, dibuat tahun 1929.
Koleksi foto Borodulin menawarkan cara pandang lain melihat sejarah Rusia. "Ragam foto ini sangat luas, mencakup seluruh era kepemimpinan Stalin, semua periode Soviet, Perang Dunia II, Perang Dingin, dan yang lainnya," kata Burdett.
"Beberapa foto diabadikan pada era Stalin yang paling kelam-dari sudut pandang sejarah, koleksi itu menjadi sumber luar biasa untuk melihat perkembangan dan pembangunan Rusia modern, terutama saat era industri dan agrikultur."
Alexander RodchenkoHak atas fotoATLAS GALLERY
Image captionFotografer Alexander Rodchenko menciptakan potret berjudul Fire Escape, tahun 1925.
Namun Burdett dan Katznelson tertarik pada aspek lain koleksi foto itu, lebih dari sekedar rekaman sejarah.
"Kami lebih tertarik pada perkembangan estetika fotografi Soviet dan pendekatan artistik mereka: seni konstruktivisme, Kelompok Oktober -- gerakan yang setara dengan Bauhaus di Eropa Barat," kata Burdett.
"Kami memilih karya dari para jagoan bidang ini seperti Arkady Shaikhet, Yakov Khalip, Alexander Rodchenko dan Boris Ignatovich."
Alexander RodchenkoHak atas fotoATLAS GALLERY
Image captionA Girl with Leica, portret karya Alexander Rodchenko tahun 1934.
Elemen sentral dari estetika Soviet ini didikte perpolitikan ketika itu. "Karakteristik umum foto-foto itu adalah kegembiraan palsu soal kejayaan yang mereka abadikan melalui wajah masyarakat."
"Ini aspek potret yang sangat kentara dalam propaganda ini. Ini adalah estetika yang sangat modis karena terlihat ganjil -- foto-foto ini terlihat seperti melodrama," kata Burdett.
Namun ada faktor kunci lain dalam fotografi Soviet yang jauh dari ekspresi kemenangan negara kuat.
"Dalam banyak cara, yang menjadi karakteristik foto-foto itu adalah eksperimen dan improvisasi yang tidak Anda lihat di Barat," kata Burdett.
"Para fotografer Soviet mengembangkan metode lain dengan cara memotong gambar atau mengambil sudut pandang yang tidak biasa -- kerap kali bingkai diagonal, bukan persegi."
"Mereka mengarahkan kamera ke atas atau bawah, ke arah subyek foto, bukan sudut pandang yang lurus. Mereka sering menggunakan teknik montase dan kolase," ujar Burdett.
Yakov KahlipHak atas fotoATLAS GALLERY
Image captionFoto berjudul On Guard, karya Yakov Kahlip, diabadikan tahun 1937,
Para pelaku gerakan konstruktivisme, kata Katznelson, mengidentifikasi diri mereka dengan revolusi politik sebagai seniman inovatif dan berupaya membangun dunia baru dengan kesenian baru.
Kelompok Oktober juga secara radikal mengubah pers. "Selama sepuluh tahun, dari 1925 hingga 1935, fotografi jurnalistik Soviet merupakan yang satu-satunya mencapai tingkat avant-garde di dunia."
Bahkan ketika karya avant-garde itu tak lagi populer, para fotografer Soviet berkarya hingga garis batas mereka.
"Itu adalah periode realisme sosialis -- bentuknya realistis dan berisi pesan sosial. Potret yang diabadikan harus memancarkan optimisme, keinginan untuk berjaya dan pikiran yang tangguh," ujar Katznelson.
Vladislav MikoshaHak atas fotoATLAS GALLERY
Image captionVladislav Mikosha, Morning Exercise, 1937.
Adapun, Burdett menilai kebutuhan besar propaganda di satu sisi mendorong para fotografer itu bereksperimen.
"Fotografer ditantang menciptakan potret yang menampakkan kegembiraan dan hal-hal positif. Jadi banyak potret kehidupan sehari-hari yang diramu dengan cahaya dramatis."
"Pendekatan itu tercipta dengan sudut pengambilan gambar yang tidak biasa. Mengarahkan kamera ke atas atau bawah, ke arah subyek, memberi sudut pandang dramatis pada aktivitas yang direkam," kata Burdett.
"Melalui fotografi Soviet, Anda tidak hanya dapat memahami sejarah, tapi juga perubahan prioritas ideologi mereka. Apa dan bagaimana mereka memotret," ujar Katznelson.
Lev BorodulinHak atas fotoATLAS GALLERY
Image captionFoto Lev Borodulin yang berjudul Diver menjadi sampul Mahalah Ogoniok.
Borodulin menyebut dekade 1960-an, era ketika kebebasan masih terbatas, saat ia ditanya karyanya yang paling ia sukai.
"Barangkali salah satu favorit saya adalah foto yang disensor, yaitu yang berjudul 'bokong terbang' sang pelompat indah."
"Saya mengabadikannya pada tugas Olimpiade pertama saya tahun 1960 di Roma dan itu pertama kalinya saya mengunjungi negara kapitalis."
"Saya sangat bahagia melakukan pekerjaan ini. Saat itu saya baru memulai karier sebagai fotografer di Majalah Ogoniok. Foto itu dipilih menjadi foto sampul," ujarnya.
Lev BorodulinHak atas fotoATLAS GALLERY
Image captionLev Borodulin, Diver, 1960.
Meski begitu, foto itu dikritik Mikhail Suslov, pejabat tidak resmi untuk urusan ideologi partai komunis Soviet yang menulis di koran Pravda.
Borodulin ingat Suslov menulis, "tak elok Ogoniok mempublikasikan foto seperti ini karena terlalu avant-garde dan terlampau formalistik."
Walau begitu, Borodulin menganggap kritik itu sebagai pujian. "Dalam artikel pendek itu, saya disebut sebagai ahli. Mereka berkata 'tak pantas seseorang yang punya nama besar di dunia fotografi seperti Lev Borodulin mengabadikan foto seperti ini'."
Salah satu foto paling baru dalam pameran itu memperlihatkan bagaimana masyarakat Soviet berkembang sejak 1920. Foto itu menawarkan perspektif lain terhadap sejarah negara itu.
Yuri GagarinHak atas fotoATLAS GALLERY
Image captionYuri Gagarin dipotret oleh Igor Snegirev pada April 1961.
"Yang membedakan mereka dengan koleksi foto serupa dari periode yang sama di Amerika Serikat, terutama dari Majalah Life atau Picture Post di Eropa barat adalah, tidak ada satupun foto selebritas," ujar Burdett.
"Tidak ada foto Marilyn Monroe atau Elvis -- tak ada tradisi pesohor. Sampai Anda menemukan foto menakjubkan Yuri Gagarin yang diabadikan tahun 1961."
"Sebelum itu Soviet tak mempunyai orang yang dianggap selebritas. Dalam konteks modernisme, Gagarin adalah orang pertama."
"Gagarin sangat tampan dan terlihat heroik. Dia manusia pertama yang mencapai luar angkasa, jadi dia menjadi sosok pahlawan di Soviet -- dan itu pada tahun 1961 sehingga cukup terlambat dibandingkan perkembangan budaya pop di seluruh dunia."
"Foto Gagarin merupakan karya yang diciptakan paling akhir dibandingkan seluruh foto dalam koleksi itu. Foto itu menjadi pertanda akhir sebuah era," kata Burdett.

No comments:

Post a Comment

SPONSOR